Jumat, 25 Agustus 2017

Pembelajaran di Era Digital (Hari Aksara Internasional)

Pembelajaran di Era Digital (Hari Aksara Internasional)
www.paketc.online

Membangun budaya literasi di era digital adalah tema Hari Aksara Internasional (HAI) di Indonesia. Di seluruh dunia sejak lima puluh satu tahun yang lalu, HAI dilaksanakan. Pusat kegiatan HAI dunia berpusat di Paris Perancis dengan tema Literasi di Dunia Digital.

Penulis tertarik dengan kata "digital" yang tertera dalam tema. Dari hasil Googling ditemukan bahwa Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).

Well, agak ribet ya pengertiannya. Dan malah semakin tidak nyambung. Nah di sini penulis akan mencoba mengupas digital ini dari pengalaman penulis.

Barangkali dimulai dari komunikasi. Dulu sekali, manusia bila ingin berkomunikasi harus bertemu langsung dengan manusia lainnya. Bahasa gaulnya F2F atau Face to Face. Sekarang eranya sudah beda. Dengan perantaraan media digital manusia dapat berkomunikasi langsung. Malahan F2F pun dilakukan yang tentunya dengan media digital.

Dalam pembelajaran pun media digital bisa dilakukan. Saat ini penulis mencoba menelusuri bagaimana asyiknya pembelajaran menggunakan media digital tersebut. Penulis mengikuti kursus daring (online) yang diselenggarakan oleh seamolec. Tidak tanggung-tanggung, dua kursus daring yaitu kursus Kehumasan yang diselenggarakan P2PAUD dan Dikmas bekerja sama dengan seamolec dan kursus App MIT Inventor.

Ada kelebihan dan kekurangan dalam kursus daring ini. Barangkali penulis kupas dari kekurangannya terlebih dulu. Kekurangan yang pertama adalah dari sisi pengguna yang belum fasih menggunakan media yang ada seperti komputer jinjing atau gawai (gadget). Pengguna belum menguasai fitur fitur yang ada sehingga agak memperlambat proses pembelajaran.

Yang kedua, jaringan internet yang masih belum stabil di daerah. Hal ini agak dikeluhkan pengguna yang ada di pelosok. Internet mati saat malam hari. Tapi untungnya kursus daring masih bisa ditonton keesokan harinya melalui YouTube; admin mengunggah video conference yang ada.

Adapun kelebihan dari kursus daring ini yaitu bisa dilakukan kapan saja, di mana saja tak terbatas ruang dan waktu. Penulis sudah mencoba mengikuti kursus ini menggunakan komputer jinjing dan gawai. Untuk kursus bidang kehumasan nyaman-nyaman saja menggunakan perangkat komputer jinjing atau gawai. Namun untuk kursus App inventor disarankan menggunakan komputer jinjing atau komputer.

Satu lagi kelebihan kursus daring ini adalah bahan ajar sudah disediakan baik berupa video, pdf atau ebook dapat dinikmati peserta kursus. Video menggunakan media youtube yang sudah diunggah admin.

Meskipun kursus ini berbasis daring, interaksi sesama peserta atau bahkan narasumber masih bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Media sosial WhatsApp lah yang menghubungkan para peserta dan pengguna.

Bila disimpulkan, kursus online ini menggunakan beberapa media digital seperti video conference, gawai, Komputer jinjing, YouTube, internet, medsos WhatsApp, dan aplikasi WebEx.

Info yang didapat penulis dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, pada acara HAI yang akan diselenggarakan di Kuningan Jawa Barat akan menyajikan stand pameran bernuansa digital. Bagaimana ya bentuk pamerannya? Pasti sangat menarik!

Akhirnya penulis mengucapkan Selamat Hari Aksara Internasional dan Salam Literasi. Mudah-mudahan bisa mendokumentasikan HAI kali ini.

Wallahu a'lam bish-shawabi